Tak Terkalahkan, Sepenggal Kisah Heroik Sultan Nuku Usir Penjajah Dari Tanah Tidore

UNEWS.ID – Memiliki nama lengkap Muhammad Amiruddin, Sultan Nuku lahir pada tahun 1738 di Soasiu, Tidore, Maluku Utara

Kisah Heroik Sultan Nuku bermula ketika VOC turut campur tangan terhadap problem internal dan mengintervensi gagalnya pengangkatan Sultan Nuku menjadi Raja di kesultanan Tidore.

Sultan Jamaluddin (ayah dari Sultan Nuku) yang tengah memimpin kesultanan Tidore dianggap berbahaya bagi kedudukan Belanda sehingga ditangkap dan diasingkan ke Batavia.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Daun Kelor Khas NTT, Berkhasiat untuk Reproduksi Ternak

Sultan Nuku sebagai pewaris sah kesultanan Tidore juga dianggap sebagai ancaman oleh VOC, Sultan Nuku digagalkan menjadi raja dan kemudian diburu hingga melarikan diri ke Halmahera.

Di Halmahera pada 11 November 1781, Sultan Nuku dinobatkan sebagai pemimpin untuk mengalahkan Penjajah Belanda dengan gelar 'Sri Maha Tuan Sultan Amiruddin Syaifuddin Syah Kaicil Paparangan' pasca mendapat dukungan dari raja-raja kecil, orang-orang Mindanao (termasuk wilayah Filipina) dan bantuan dari Inggris.

Baca Juga: Cacar Monyet, Penyakit Viral yang Menyerang Pria-Biseksual

Melansir dari kanal YouTube Historia Biography, sebagai seorang Sultan sejak 1781 di Tidore, Nuku adalah pahlawan nasional dari provinsi Maluku Utara, sejak muda sudah aktif melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Masa kecil dan Pendidikan

Muhammad Amiruddin adalah Putera kedua Sultan Jamaluddin dari kesultanan Tidore yang berkuasa tahun 1757-1779. Mengenyam pendidikan dalam lingkup kerajaan Riau.

Baca Juga: Khasiat Bunga Telang bagi Kesehatan Tubuh yang Mudah ditemukan di Sekitar

Selain pendidikan kepemimpinan, beliau juga belajar pendidikan agama Islam sebagaimana agama yang dianut oleh kesultanan Tidore dan masyarakat Tidore pada umumnya.

Pejuang tak terkalahkan

Perlawanan pertama yang dilakukan oleh Nuku, saat dirinya menentang Belanda dalam pengangkatan Kamaluddin (adiknya) sebagai Sultan Tidore. Penobatan yang dilakukan oleh Belanda dianggap telah melanggar tradisi kesultanan Tidore.